billsworkshop.com – Dalam pertemuan bulanan yang diadakan Amerika Serikat, Lloyd Austin, Menteri Pertahanan, kembali menyoroti urgensi pendanaan bagi Presiden Ukraina (Zelensky). Sejak pembentukan kelompok internasional pada April 2022 untuk mendukung Ukraina, sekitar 50 negara telah kehabisan dana, menghambat kemampuan mereka mengirimkan amunisi dan rudal yang sangat dibutuhkan oleh Ukraina dalam menangkis serangan Rusia.

Sambil menunggu persetujuan anggaran dari Kongres dan potensi penambahan dana untuk mendukung perjuangan Ukraina, Amerika Serikat berencana untuk meminta sekutu mereka untuk terus membantu mengatasi kekurangan tersebut.

“Oleh karena itu, saya mendorong kelompok ini untuk lebih memahami kebutuhan Ukraina, terutama dalam penyediaan sistem pertahanan udara dan pencegat rudal berbasis darat yang dapat menyelamatkan nyawa. Ukraina telah menanggapi kekejaman Putin dengan keberanian dan perlawanan yang luar biasa,” ujar Austin dalam sambutan pembukaan melalui siaran video dari rumahnya, di mana ia masih dalam masa pemulihan setelah menjalani operasi kanker prostat.

Siaran video ini menandai penampilan publik pertama Austin setelah dirawat di rumah sakit selama dua minggu akibat komplikasi dari operasinya, seperti yang dikutip dari VOA Indonesia pada Kamis (25/1/2024).

Pada hari Selasa (23/1) di Brussel, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengumumkan kontrak bersama senilai US$1,2 miliar untuk pembelian lebih dari 222.000 butir amunisi kaliber 155 mm. Jenis amunisi ini banyak digunakan dalam konflik dan akan mengisi kembali persediaan sekutu yang sebelumnya telah mengirimkan cadangan mereka ke Kyiv.

Zelensky

Presiden Ukraina Menyampaikan Kekhawatiran Terhadap Kemungkinan Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024

Volodymyr Zelenskyy, Presiden Ukraina, menyatakan kekhawatirannya mengenai kemungkinan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih dan merespons klaim Trump yang menyatakan bahwa dia mampu mengakhiri perang di Ukraina dalam waktu 24 jam sebagai tindakan yang sangat berisiko.

Dalam sebuah wawancara dengan Channel 4 News yang ditayangkan pada Jumat (19/1/2024), Zelensky mengundang mantan presiden dan calon presiden dari Partai Republik untuk mengunjungi Kyiv, namun dengan syarat tertentu.

“Saya mengundang Anda, Donald Trump, untuk berkunjung ke Ukraina, ke Kyiv. Jika Anda mampu menghentikan konflik ini dalam waktu 24 jam, saya rasa itu sudah cukup,” ujar Zelensky, seperti yang dilaporkan oleh AP pada Minggu (21/1).

Pemimpin Ukraina tersebut juga menyatakan keprihatinannya terkait tindakan Amerika Serikat yang diambil secara sepihak tanpa mempertimbangkan pandangan Ukraina, dan ia menyoroti kurangnya rincian mengenai rencana perdamaian dari Trump.

Zelensky menggambarkan retorika Trump sebagai sangat berbahaya dan menyatakan kekhawatiran bahwa pendekatan negosiasi Trump dapat mendorong Ukraina untuk membuat konsesi besar kepada Rusia.

“(Trump) akan membuat keputusan sendiri, tanpa melibatkan kedua belah pihak,” tegas Zelensky. “Jika dia mengatakan ini secara terbuka, itu agak menakutkan. Meskipun ide (mengakhiri perang) ini tidak pernah diusulkan sebelumnya oleh siapa pun, jika itu tidak berhasil untuk kami, untuk rakyat kami, dia akan melakukan segala cara untuk menerapkannya. Dan hal ini membuat saya agak khawatir.”

Zelensky

Trump: Putin Seorang Strategi Politik yang Handal

Trump secara berulang kali menekankan bahwa posisinya memungkinkan dia untuk melakukan negosiasi guna mengakhiri konflik di Ukraina yang telah berlangsung hampir dua tahun. Dia menyatakan memiliki hubungan yang positif dengan para pemimpin Rusia dan Ukraina.

Selama perjalanan politiknya, Trump kerap memberikan pujian kepada Presiden Vladimir Putin, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

Ketika berkampanye di Georgia, Trump menggambarkan Putin sebagai seorang strategi politik yang handal. Dia mengungkapkan kagumnya terhadap cara Rusia dengan cepat mengambil alih wilayah yang luas dengan risiko yang relatif rendah.

Zelensky

Rekam Jejak Kontroversi Hubungan Trump-Zelensky

Wakil Rakyat AS sebelumnya memakzulkan Trump selama masa kepresidenannya, dengan dakwaan bahwa ia mempengaruhi Zelensky untuk melakukan penyelidikan dengan motif politik yang bisa merugikan peluang Joe Biden dalam Pemilihan Presiden AS 2020. Selain itu, Trump juga diduga menahan bantuan militer sebesar USD 400 juta yang telah disetujui oleh Kongres untuk mendukung Ukraina menghadapi separatis yang didukung oleh Rusia di wilayah timur negara tersebut.

Meski demikian, dalam proses pemakzulan, Senat memutuskan untuk membebaskan Trump dari semua tuduhan yang diajukan.